Jumat, 31 Juli 2009

Anak itu membuat saya kagum.

Bagaimana tidak, dia mau meluangkan waktunya untuk mengajarkan anak seusianya membaca. Katanya agar mereka tidak mudah di bodohi.

Haah ... Padahal nunik hanya anak jalanan yang beruntung sempat menikmati masa masa indahnya bersekolah, meskipun hanya sampai kelas 5 sd.



***

Ku hampiri nunik yg duduk di jembatan kota. Angin yg di sebabkan oleh mobil yg lalulalang membuat rambutnya yg kumal tergerai lepas.

"mba sedang apa?" sepertinya nunik merasakan keberadaanku

"mba hanya jalan jalan" nunik mengangguk kecil, matanya tak pernah lepas dari pemandanan kota yg semakin hari semakin gersang dan tidak sama sekali menampilkan kesan asri.

"mba, apa smua orang memiliki keberuntungan?" matanya terus meneliti jalanan. Entah apa yg sedang di fikirkannya
"mba rasa ia"
"apa aku juga punya ya mba?"
"ia,hanya waktunya yang berbeda" tatapannya menatapku dengan serius.
Lalu kembali dia meneliti jalanan besar di bawanya.
"coba mba lihat itu !" nunik menunjuk seorang remaja berseragam putih abu yg sedang asik bercengkrama dengan kawan kawannya, tampak mobil honda swift di pinggirnya.
"gadis catik, Merasa sangat hebat dengan apa yg dia miliki. Padahal dia tidak pernah tau bagaimana ayahnya bekerja keras demi mengumpulkan uang ratusan juta itu. Mereka gak ngerasain gimana sulitnya mendapatkan uang meskipun hanya seratus rupiah' dan mba coba lihat gadis itu" kali ini nunik menujukan gadis remaja yg sedang menggendong anak kecil sambil membawa gitar kecil.
"mungkin usianya tidak berbeda jauh dengan gadis kaya itu, dan mungkin hanya karna ayahnya miskin lalu dia gak bisa seceria gadis gadis lain yg seharusnya sekarang sedang menikmati masa remajanya tanpa menggendong adik kecilnya" nada bicara nunik yg datar membuat aku tidak bisa membalas opininya yg menurutku tidak tepat .
"apa itu takdir namanya ? Ada yg kaya dan ada yg miskin, ada yg beruntung ada yg tidak , ada yg memiliki keluarga dan ada yg tidak" nunik meneteskan air matanya, aku terdiam mengelus halus pundaknya.
"apa keluarga nunik orang kaya ? Atau malah sebaliknya ?"
nunik memang tidak pernah tau siapa dan dimana keluarganya. Katanya "entah kenapa aku tiba tiba berada di jalanan? Mungkin angin membawa nunik ke sini." kata kata yg polos tapi membuat saya ingin menangis .
"nunik memang bukan orang beruntung mba, bukan orang kaya yg selalu ingin di hormati. Tapi apakah orang orang menengah keatas itu bisa menghargai kami yg orang orang miskin? Enggak mba, jawabannya selalu enggak. Orang kaya itu tidak pernah menghormati kami. Dengan memberi kami uang 10ribuanpun bukan rasa senang yg kami dapat. Melainkan rasa terhina karna mungkin saking kayanya mereka sampai sampai tidak pernah menyimpan uang recehan di sakunya. Bukankah terlihat hebat? Nunik gak bisa menahan saat mereka melemparkan uang sepuluh ribu rupiah di depan muka nunik sambil berlalu dengan mobil mewahnya, ingin menangis, marah, kecewa. Kenapa orang orang seperti mereka tidak pernah menghargai kami ?" air matanya semakin deras mengalir membasahi pipinya yg kurus.

"bukan karna orang kaya dan miskin, bukan karna hebat dan tidak hebat, tapi karna takdir, tuhan yg menentukan. Takdir itu memilih nunik untuk menjalani kehidupan seperti ini. Tuhan pasti tau mungkin hanya nunik yg mampu menjalani ini. Mba fikir nunik mengerti itu. Mba mengenal nunik mungkin hanya seujung kuku. Tapi mba tau nunik bukan orang yang mudah menangis hanya karna di lempar uang 10ribu" nunik menatapku sambil tertawa


* terisnspirasi oleh anak jalanan ( malam di pasir koja)

1 Comments:

Blogger saatnya bercerita said...

HARUSNYA ADA JUDULNYA, TAPI SAYA LUPA MASUKIN ...HAHAHAHHAHA... DASAR PIKUUUNNN !!!

31 Juli 2009 pukul 05.32 

Posting Komentar

<< Home